Memilih Pekerjaan dan... Pacar

Seiring dengan beranjaknya waktu dan status (eg. I'm not a student anymore, now a job-seeker yeah, so you are - dalam artian ada perubahan status), we get more changes to choose for something. Commonly, kita semua adalah seorang voter bisa dibilang seorang pemilih, yaitu orang yang memilih (it isn't an adjective but a noun). Berhubung gue sekarang adalah seorang job-seeker, gue akan membahas tentang pemilihan pekerjaan. Sebagai seorang fresh graduate yang sedang mencari pekerjaan, gue cukup was-was dalam memilih. Jangan asal memilih, sebab bagi gue sendiri, pekerjaan inilah yang akan menentukan masa depan gue. Gue gak mau seperti yang dibilang beberapa pihak yang beropini bahwa alumni dari kampus gue terkenal dengan sebutan 'kutu loncat'. Why? Disini gue sedang tidak men-jugde, hanya beropini mungkin si alumni ini gak cocok dengan pekerjaannya dan kemudian resign padahal masa kerjanya baru beberapa bulan. Hal ini terjadi terus-menerus, ibarat analogi seekor kutu. Kutu mencari makan pada satu tempat, jika dia tidak menemukan makanannya di tempat itu, dia akan loncat dan pindah ke tempat yang lain dan selalu seperti itu. Makanya sebutannya adalah kutu loncat. 

Pembahasan pencarian dan pemilihan kerja ini juga masih hangat di telinga gue dan rekan-rekan fresh graduate lainnya. Kalau ketemu bahasannya pasti gak jauh-jauh dari "Eh, lo udah sampe tahap apa?", "Ngelamar dimana aja?", "Udah kerja dimana?", "Ikut test perusahaan A gak?", "Mau daftar sebagai apa?" dan sejenisnya. Well, lama-lama agak bosan juga bahasnya. Beberapa waktu ini gue sadar, yang penting bukanlah cepat dapat kerja tapi mendapatkan pekerjaan yang terbaik. Terkadang karena gak mau kalah sama teman-teman lain yang sudah dapat pekerjaan duluan, gue sering tergoda untuk menyebar CV kemana-mana dengan tujuan biar kesempatan (seenggaknya) test bisa lebih besar, untuk urusan lolosnya sih belakangan. Inilah kesalahannya.

Menurut gue (and I have no idea where this idea came from), the underlying framework dari pemilihan pekerjaan tidak berbeda jauh dari pemilihan... well, pacar. Penuh pertimbangan. Pekerjaan dan pacar sama-sama tidak dipilih dengan sembarangan. Mau cepet dapat pacar tapi pacarnya ternyata busuk? Mau cepet dapat pekerjaan tapi ujung-ujungnya resign? Gak mau kan? Makanya harus super hati-hati dalam memilih. Pekerjaan dan pacar sama-sama menentukan masa depan kita, sekalinya salah memilih bisa jadi merusak masa depan kita. Well, let me try to draw you an anology, topiknya campuran: pemilihan pekerjaan dan pemilihan pacar. Gue akan mencoba untuk menjabarkan bahwa kerangka pemikirannya tidak berbeda jauh satu dengan yang lain.

Pertama-tama mari singkirkan apa itu pekerjaan warisan (meneruskan usaha orang tua atau sejenisnya yang tidak menuntut kita untuk memilih pekerjaan) dan perjodohan paksa. Because both of the cases don't ask us to choose a choice. In this case, kita mempunyai hak untuk memilih, baik itu memilih karier atau pacar. Gue akan berusaha memberikan korelasi bahwa memilih pekerjaan itu hampir sama dengan memilih pacar. Menurut gue ada beberapa titik yang mirip dalam proses pemilihannya. 
  • Kandidat: Sebelum kita memilih, pasti sudah ada kandidat atau calon yang akan kita pilih. Kandidat adalah yang unggul dari pada yang lainnya. Ada banyak pilihan lowongan pekerjaan, namun hanya beberapa kandidat yang sesuai dengan misalnya latar belakang pendidikan kita. Tapi balik lagi, kita sendiri yang nantinya akan menentukan kandidat mana yang benar-benar pas. Begitu pun dengan kandidat calon pacar, yang mencetuskan adalah seleksi independen yang kita tentukan sendiri. Kandidat boleh lebih dari satu dan dari beberapa kandidat itu pilihlah satu yang hmm.... Nah. Terserah deh apa yang jadi pertimbangannya, yang baik, mapan, pasti, atau apapun itu. Tapi yang pasti, you got to know, not only who to choose but also how to choose. So, be wise. 
  • Visi: Arti kata visi dalam KBBI adalah pandangan atau wawasan ke depan. So, I suggest you to see back to the vision. Kebayang dong kalau perusahaan yang gak punya visi, mau di bawa kemana karyawannya? Sedangkan memilih pacar aja, gue lebih prefer sama cowok yang jelas visi hidupnya biar dia (dan gue) tau mau di bawa kemana hubungan itu, gak mau dong kalau udah lama pacaran ujung-ujungnya sakit hati dan putus? Nah, apalagi perusahaan. Perusahaan tempat kita bekerja adalah perusahaan yang bisa menjadi salah satu media untuk menjalankan visi hidup kita. Jadi, sebelum apply lihat dulu visi perusahaannya kayak gimana dan udah sejauh mana visi itu berjalan.
  • Latar Belakang: Kalo kata orang Jawa, harus jelas bibit, bebet, bobotnya. Hal ini juga berlaku dalam memilih pekerjaan dan juga pacar. Dilihat juga latar belakang perusahaan calon tempat kita bekerja. Sama seperti memilih calon pacar, dilihat juga dong latar belakang si calon. Tapi bukan untuk menghakimi, hanya sebagai bahan pertimbangan. Seandainya kita tahu bahwa perusahaan tersebut punya track-record yang kurang baik sebelumnya, ini kan bisa jadi pertimbangan kita, begitupun dengan calon pacar. Amati dengan teliti, jangan sampai sebatas kayak iklan doang.
  • Karakter dan Prinsip: Ini penting, kalau dua hal ini sih lebih ke orangnya. Apakah orang-orang di dalam perusahaan tersebut berkarakter dan berprinsip? Karena tau sendiri dong kalau tidak berkarakter atau berprinsip, pasti gampang banget jatuh. Kalau yang lagi ngetrend di Indonesia belakangan ini sih, semacam korupsi dan pemberdayaan yang salah. Nah, repot kan kalo gitu. Memilih calon pacar juga kiranya gitu, dilihat juga dari karakter dan prinsipnya. It's quite hard to explain. Dimengerti secara tersirat aja yah.
  • Prioritas: Setiap orang pasti punya hal yang dianggap lebih penting dibandingkan hal lainnya. Itu namanya prioritas. Dalam memilih, hendaknya kita sudah tau dan paham betul mana prioritas kita. Seperti saat kita mau masuk sekolah atau kuliah misalnya. Saat pengisian formulir, kita diminta membuat prioritas atas kandidat sekolah atau kampus yang akan kita pilih sesuai dengan minat dan kepentingan kita. Bagaimana supaya bisa tau tentang prioritas kandidat calon pekerjaan dan calon pacar? According to me, we can know by asking directly or indirectly. Dengan bertanya kita bisa tau kondisinya dan bisa membantu kita menentukan skala prioritas. 
Kira-kira itulah beberapa titik yang mirip dalam pertimbangan memilih pekerjaan dan memilih pacar. Intinya sih jangan main-main dalam hal memilih pekerjaan (dan pacar juga). Asal-asal milih nanti malah bingung sendiri. Untung dapat untung diterima kerja, ternyata karena kurang pertimbangan setelah dua bulan bekerja malah resign. Padahal perusahaan tersebut udah baik mau memberi kita kesempatan untuk dapat pengalaman bekerja di perusahaannya. Perusahaan juga udah memilih kita dari antara puluhan, ratusan, ribuan pelamar yang mendaftar, kita bukannya malah memberikan appreciation atau pengabdian seperti yang kita jual saat interview eh malah resign. Kan gak baik kalau seperti itu. Pekerjaan itu layaknya seorang pacar, yang akan memberi dampak ke masa depan. Gue sendiri belum punya pekerjaan dan belum punya pacar (ups), makanya gue nulis post ini karena gue pun masih dalam proses pemilihan hehehe. Tapi gue sudah belajar dari pengalaman and it's back depend on you.





Selamat memilih,
Dewi Lestari Natalia.

Article "Memilih Pekerjaan dan... Pacar" protected

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama