Banyak kota wisata yang dapat dikunjungi saat menginjakan kaki di Vietnam, sebut saja Hanoi, Ho Chi Minh, Da Nang, Hoi An, Sapa, Ha Long, Ninh Binh dan lainnya. Uniknya, setiap kota punya ciri khas masing-masing, misalnya Hanoi sebagai ibu kota Vietnam justru terkenal dengan kota tua yang klasik, berbanding terbalik dengan Ho Chi Minh yang lebih modern. Bahkan ada juga Sapa, kota dimana kita bisa merasakan salju turun di kawasan ASEAN.
Namun, aku lebih tertarik untuk merasakan
keotentikan budaya kota lama Old Quarter yang terletak di ibu kota Vietnam, Hanoi. Selain itu, Hanoi juga cukup dekat ke Halong Bay, yang menjadi tujuan utama
traveling ke Vietnam. Secara keseluruhan, Hanoi lebih mirip seperti Jakarta tempo dulu, yang minim dengan gedung bertingkat, namun padat dan sangat ramai, sedikit kumuh tetapi lingkungannya cukup bersih, minim sekali sampah yang berserakan di jalan raya.
Sekitar pukul 10 pagi, aku tiba di Noi Bai International Airport, Hanoi dan bergegas untuk menarik uang dari ATM. Perjalanan kali ini tidak membuatku khawatir dengan overbudget karena percayalah bahwa semua di Vietnam ini serba murah bagi rakyat Indonesia, Vietnam made me feel like a billionaire. Selanjutnya, aku berjalan sedikit menjauhi lobi bandara dan melihat barisan mobil elf putih yang bertuliskan Old Quarter. Setelah berdiskusi dengan supirnya, aku memutuskan naik mobil elf ini karena supir menjanjikan akan mengantarkan langsung ke tujuan seharga kurang lebih Rp 80.000,-. Perjalanan dari Bandara menuju pusat kota memakan waktu sekitar 45-60 menit.
Hari pertama di Hanoi, aku menjelajahi Old Quarter, suatu kawasan kota tua yang sangat ramai sepanjang harinya. Ramai oleh para wisatawan dan juga lalu lalang motor yang berjalan super cepat plus bunyi klakson yang sangat kencang. Sepanjang jalan di kawasan Old Quarter berjejer ruko dengan bangunan tradisional yang menjual berbagai makanan, street food, cafe, paket wisata, oleh-oleh, sewa motor, bengkel, mini market, coffee shop, dan banyak lagi. Berkeliling Hanoi tidaklah membosankan, berikut adalah rangkuman perjalananku one day trip berkeliling kawasan Old Quarter:
Cafe Giang
Elf dari bandara langsung mengantarku tepat di depan pintu masuk ke Cafe Giang.
Cafe Giang terkenal dengan egg coffee atau kopi telur. Aneh ya? Tapi serius, minuman ini enak banget. Cafe Giang sendiri sudah berdiri sejak tahun 1946 dengan menu yang sama dan selalu jadi
best seller.
Egg coffee dapat disajikan dingin dan panas, tapi aku memilih untuk memesan
iced egg coffee seharga VND 25.000 atau setara dengan Rp. 15.000, luv banget kan :)
|
Iced egg coffee |
Papan nama Cafe Giang cukup kecil, sehingga sedikit sulit dicari. Ketika masuk ke dalam, langsung bertemu dengan meja kasir dan dapur. Setelah memesan dan membayar, aku langsung mencari tempat duduk di lantai 2. Siapa sangka, cafe kecil ini ternyata begitu ramai pengunjung, mulai dari warga lokal hingga turis, sehingga cukup sulit untuk mencari tempat duduk.
|
Suasana lantai 2 Cafe Giang |
Konon,
egg coffee sudah ada sejak zaman perang Vietnam.
Saat perang, harga susu cukup mahal sehingga warga menggunakan telur sebagai pengganti susu untuk dicampurkan ke dalam kopi. Uniknya, rasa
egg coffee ini sama sekali tidak amis, malah lebih mirip dengan rasa susu. Jangan sampai melewatkan kuliner unik khas Vietnam ini jika kamu sempat mampir ke Hanoi ya.
Hoan Kiem Lake
Hanya berjarak 500 meter dari Cafe Giang, aku melanjutkan perjalanan menuju
Danau Hoan Kiem dengan berjalan kaki. Danau ini merupakan tempat favorit warga lokal untuk bersantai, namun banyak juga turis yang berlalu-lalang disepanjang danau. Ada beberapa tempat wisata di sekitar danau yang bisa ditempuh dengan jalan kaki, diantaranya
Turtle Tower berdiri kokoh di pulau kecil di tengah danau dan
Ngoc Son Temple.
|
Jembatan merah di Hoak Kiem Lake |
Namun karena cuaca yang sangat terik, akhirnya aku memutuskan untuk duduk santai di pinggir danau dekat dengan jembatan merah. Danau ini terlihat biasa saja, airnya hijau dan sedikit berbau. Sepanjang danau banyak penjual makanan asongan yang menjajalkan jualannya, mulai dari rujak mangga muda, jambu air, dan jajan khas Hanoi lainnya. Cuaca Hanoi di siang hari sangatlah gersang, tidak ada pohon-pohon rimbun dan penuh polusi karena di Hanoi sendiri mayoritas pengguna jalan adalah pengendara motor yang luar biasa melajukan motornya dengan kencang dan senantiasa membunyikan klakson.
St. Joseph Cathedral
Gereja ini adalah salah satu ikon kota Hanoi yang terletak di kawasan Old Quarter, hanya 10 menit berjalan kaki dari Danau Hoan Kiem.
Gereja St. Joseph Cathedral merupakan gereja tertua di Hanoi yang dibangun pada masa penjajahan Perancis dan dibuka pada tahun 1886.
|
Gereja St. Joseph Cathedral |
Gereja ini merupakan gereja pertama bergaya kolonial yang berdiri di Hanoi, arsitekturnya terinspirasi dari Gereja Notre Dame yang berada di Paris. Sampai saat ini gereja masih digunakan umat Katolik di Hanoi untuk beribadah setiap Minggunya. Uniknya, saat pukul 12.00 siang, lonceng gereja ini berbunyi selama kurang lebih 1 menit.
|
Gaya lelah kepanasan dan kaki pegal
|
The Note Coffee
Masih di sekitar pusat Old Quarter, terdapat sebuah
cafe unik dengan konsep warna-warni dari stiker notes yang menempel menghiasi dindingnya, yaitu The Note Coffee.
|
The Note Coffee |
Sungguh niat sekali, setiap dindingnya ditempeli dengan stiker notes warna-warni. Cafe ini menyuguhkan menu
egg coffee dan berbagai jenis makanan dan minuman yang tidak terlalu berat, seperti
sandwhich khas Vietnam yang terkenal dengan nama Banh Mi. Harganya relatif mahal jika dibandingkan dengan makanan berat khas Vietnam yang dijajalkan di tempat makan biasa, sekitar
VND 90.000-100.000 atau setara dengan Rp. 60.000-70.000,. |
Suasana lantai 3 The Note Coffee |
Cafe ini terdiri dari 4 lantai yang
setiap lantainya mempunya konsep dan desain tersendiri, namun tetap penuh dengan tempelan stiker note warna-warni. Jika kebetulan cafe sedang sepi, jangan lupa untuk mengambil foto di berbagai sudut ruangan cafe ini. Namun, kalau ingin bersantai,
pilihlah tempat duduk yang dekat dengan jendela dan menghadap ke arah Danau Hoan Kiem. |
Suasana Lantai 2 The Note Coffee |
Setiap stiker note yang menempel di dinding terdapat berbagai macam pesan dari pengunjung yang pernah singgah. Mulai dari pesan dan kesan terhadap suasana cafe, kemudian tulisan salam hangat dari berbagai macam negara, hingga pesan khusus untuk orang-orang khusus haha. Aku juga menemukan beberapa pesan yang dituliskan rakyat Indonesia loh diantara tulisan-tulisan di dinding ini.
|
uwuwuwuwuuuu |
Hanoi Opera House
Hanoi Opera House terletak sekitar 1,5 km dari The Note Coffee, memakan waktu 17 menit dengan berjalan kaki atau 10 menit dengan Grab. Ya, di Hanoi juga tersedia layanan Grab Bike dan Grab Car, tentu saja hal ini dapat memudahkan mobilisasi selama di Hanoi. Cara pesannya sama dengan Grab di Indonesia, melalui aplikasi Grab, tinggal tentukan saja titik jemput dan tujuanmu pada aplikasi.
|
Hanoi Opera House |
Tidak ada aktivitas yang aku lakukan disini, hanya sekedar lewat dan tidak sempat masuk ke dalamnya. Padahal Hanoi Opera House sering menjadi tempat pertunjukan untuk banyak event di Hanoi, seperti pertunjukan akrobat bambu khas Vietnam.
Hanoi Opera House ini di bangun pada masa penjajahan Perancis dan terinspitasi dari Opera Garnier di Paris.Pho 10
Pho merupakan makanan tradisional khas Vietnam yang wajib dicoba.
Pho adalah sup yang berisikan rice noodles dicapur dengan irisan daging sapi atau ayam yang tipis, toge, daun bawang, daun basil, bawang bombay, irisan sayur, dan rempah-rempah khas. Rasanya sangat enak dan sulit dijelaskan dengan kata-kata haha.
|
Tai Chin (half done with welldone beef) |
Restoran Pho 10 adalah yang paling banyak direkomendasikan oleh jagad internet raya. Pho 10 yang terletak di kawasan Old Quarter ini sangatlah populer. Bahkan pengunjung harus mengantri untuk dapat makan di tempat saking ramainya.
Harga yang ditawarkan berkisar VND 60.000-120.000 atau setara dengan Rp 40.000-80.000,-.Berjalan kaki mengitari Old Quarter adalah kegiatan yang pas di sore menuju malam hari, sembari mencari souvenir yang ditawarkan di toko-toko sepanjang jalan Old Quarter. Oh ya, ada beberapa sisi di kawasan Old Quarter yang menggelar semacam pesta rakyat pada malam hari. Semacam pasar kaget yang ramai dikunjungi oleh warga lokal atau pun turis wisatawan. Banyak juga cafe-cafe menarik, ada pula agen tour yang menawarkan paket-paket wisata, misalnya ke
Halong Bay atau Cat Ba Island, yang menjadi destinasi wisataku di hari selanjutnya.
|
Pedagang keliling dengan sepeda |
|
Toko sepanjang jalan Old Quarter |
|
Strolling around Old Quarter |
|
Sepeda |
Hanoi bisa dijadikan destinasi wisata yang
low budget dan masih memungkinkan dikunjungi saat
weekend. Hanoi punya kesan tersendiri buatku, walaupun masih kental dengan ketradisionalannya, namun banyak hal unik yang aku temui disini. Sebenarnya masih ada lagi beberapa tempat yang aku kunjungi di Hanoi, bisa jadi alternatif
one day trip lainnya.
See you on the next post :)
Baca juga:
Article
"One Day Trip Hanoi" protected