Keindahan Bukit Karts Rammang-Rammang di Sulawesi Selatan

Perjalanan explore Sulawesi Selatan ini adalah perjalanan paling impulsif seumur hidupku. Berawal dari chat seorang senior kampus yang sedang mencari teman untuk sharing cost trip keliling Sulawesi Selatan. Akhirnya aku pun ikut bergabung bersamanya tanpa pikir panjang, tepatnya dua hari sebelum keberangkatan. Jadi bisa ditebak kan, cost yang aku habiskan cukup mahal hehe. But, I really enjoy this trip karena setiap destinasi yang kami jalani saat itu benar-benar mempesona. Aku tidak menyangka Sulawesi Selatan memiliki kekayaan alam yang begitu indah.

***
Desa Berau Rammang-Rammang
Sulawesi Selatan bukan hanya terkenal dengan kuliner yang kaya akan rasa, tetapi juga menyimpan banyak pesona alam dengan keindahan tidak biasa. Kali ini mari menapaki keindahan pegunungan karst yang terletak di Maros, Sulawesi Selatan. Pegunungan Karts Rammang-Rammang terletak di Dusun Rammang-Rammang, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. 

Rammang-Rammang sendiri merupakan istilah dari bahasa Makassar yang berarti awan atau kabut. Hal ini merujuk pada kondisi alam di daerah tersebut. Setiap pagi hari kawasan ini diselimuti oleh awan dan kabut yang sangat tebal. Kemudian sebelum dibuka sebagai tempat wisata, pada tahun 2008 daerah ini dulunya adalah kawasan penambangan kapur yang izinnya dicabut oleh pemerintah tahun 2013 karena kegiatannya merusak alam. Akhirnya setelah itu Rammang-Rammang dikelola untuk dijadikan tempat wisata.
Rammang-Rammang
Rawa-rawa di kawasan Desa Berau
Perjalanan menuju Rammang-Rammang memakan waktu sekitar 1,5-2 jam dari Kota Makassar dengan jarak tempuh 40 km menggunakan kendaraan bermotor. Destinasi wisata Rammang-Rammang sangat mudah dijangkau karena letaknya juga dekat dengan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Rammang-Rammang dapat dijadikan pilihan destinasi pembuka trip setibanya di Sulawesi Selatan karena letaknya yang sangat dekat dengan bandara. 

BACA JUGA: 
Appalarang Bulukumba Pancarkan Keindahan Penuh Pesona

Setibanya di pintu masuk wisata, kamu akan menjumpai banyak perahu terparkir. Untuk mengelilingi Rammang-Rammang kamu harus membayar tiket masuk dan menyewa perahu dengan kapasitas maksimal 5 orang. Harga yang dibandrol untuk tiket masuk tidaklah mahal, sayangnya aku lupa hehe. Namun, harga untuk penyewaan perahu dikenakan Rp 250.000,- per preahu berlaku pulang pergi.

Nantinya kamu juga akan banyak menemui warga yang menawarkan dirinya sebagai guide wisata. Silahkan gunakan jasa guide supaya kamu bisa lebih mengerti tentang seluk beluk wisata Rammang-Rammang. Aku yakin harga yang ditawarkan tidaklah mahal. Kamu akan mendapat informasi berharga langsung dari warga setempat yang paling paham. Hitung-hitung sekalian membantu perekonomian warga sekitar.
Sungai Puthe Rammang-Rammang
Sungai Puthe
Rammang-Rammang
Pohon nipah tumbuh sepanjang Sungai Puthe
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, gugusan karts Rammang-Rammang merupakan pegunungan kapur/karts terbesar ketiga di dunia setelah China dan Vietnam. Luasnya mencapai 70 hektare dengan beberapa destinasi wisata seperti Desa Berua, Situs Pasaung, Ammarung, Gua Berlian, Gua Telapak Tangan, Telaga Bidadari, Situs Karama, Gua Kunang Kunang, Kampung Laku, Hutan Batu, Situs Batu Tianang.

Namun saat aku berkunjung, aku sama sekali tidak memerhatikan detail destinasinya karena terlalu tersihir dengan kemegahan batu karts yang berdiri kokoh mengelilingi kawasan. Konon katanya batuan karts ini berasal dari batu karang di dalam air laut pada ribuan tahun yang lalu. Wow, gak kebayang sih!

Tersedia juga penyewaan topi untuk melindungimu dari sengatan matahari yang cukup menusuk. Awalnya seperti tidak ada yang istimewa menyelusuri Sungai Puthe yang airnya keruh berwarna kecoklatan. Namun, setelah beberapa menit perjalanan dengan perahu, aku terkesima dengan tumpukan batuan karts yang mengelilingi sungai. Fenomena yang belum pernah aku saksikan sebelumnya.
Sungai Puthe Rammang-Rammang
Pemandangan selama naik perahu
Sepanjang perjalanan dengan perahu, kamu akan disuguhi pemandangan yang luar biasa. Hamparan tebing karts berwarna kehitaman yang tersebar disegala penjuru, berdiri dengan kokoh di tengah sungai. Ukurannya beragam, ada yang kecil, ada pula yang menjulang tinggi dan besar. Kemudian sekitar karts terdapat serangkaian pohon lontar, pohon bakau, dan pohon nipah (sejenis palem yang tumbuh di rawa) yang tumbuh mengitari tebing. Kicauan burung saat itu juga menambah kekagumanku akan ciptaan Semesta. Sungguh, 30 menit perjalanan dengan perahu terasa begitu singkat karena pikiranku sibuk mengagumi keindahan Rammang-Rammang saat itu.

Tiba di dermaga kecil bertuliskan “Selamat datang di Desa Berau”, menjadi pertanda bahwa perjalanan menyelusuri Sungai Puthe telah berakhir. Saatnya melanjutkan perjalanan mengitari persawahan yang begitu luas di Desa Berau. Uniknya, sawah-sawah ini dikelilingi oleh pegunungan karts yang sangat besar dan menjulang tinggi. Sejauh mata memandang, hitamnya pegunungan karts menjadi latar belakang yang kontras diantara sawah yang berbaris. Terdapat juga genangan sisa rawa dan kolam berhiaskan tumbuhan teratai.
Desa Berau Rammang-Rammang
Desa Berau
Desa Berau Rammang-Rammang
Pemandangan sawah di kawasan Desa Berau
Nikmatnya berjalan mengitari sawah, menyapa para petani yang sedang bekerja saat itu, juga pemandangan beberapa kerbau yang terlihat sibuk mencari makan. Untunglah saat itu hujan tidak datang, jadi jalanan yang kami lalui tidak berlumpur. Tapi terik mataharinya jangan ditanya, sangat menyengat sekali. 

Selanjutnya perjalanan menuju Gua Telapak Tangan yang katanya merupakan tempat favorit yang paling sering dikunjungi wisatawan saat berkunjung ke Rammang-Rammang. Gua ini terletak satu jalur dengan Telaga Bidadari. Konon ceritanya gua ini adalah peninggalan manusia purba, ditandai dengan adanya telapak tangan manusia purba, gambar binatang dan perahu yang dibuat oleh manusia purba sendiri. Selain itu, satu sisi gua berbentuk ukiran menyerupai kingkong sehingga gua ini juga terkenal dengan Gua Kingkong.

Pada kenyataannya aku sama sekali tidak melihat adanya bentuk gua yang menyerupai kingkong, hmm apa aku salah lihat mungkin yah. Tapi aku melihat sekilas lukisan yang katanya adalah telapak tangan. Mungkin karena sudah peninggalan zaman purba jadi kurang terlihat jelas lukisannya. Apalagi lukisan itu dibuat alamiah dengan bahan-bahan alam dan dilukiskan pada batu.
Rammang-Rammang
Pemandangan sawah Rammang-Ramang
Sayangnya karena aku harus mengejar perjalanan menuju Tanjung Bira yang jaraknya cukup jauh dari Kabupaten Maros, sekitar 8 jam, maka kami harus bergegas kembali menuju dermaga. Nah, kalau kalian berkunjung ke Makassar, sempatkan dulu mampir ke Rammang-Rammang sebelum berpelesir ke pusat ibu kota. Rutenya mulai dari bandara, lalu Rammang-Rammang, Leang-Leang, Taman Bantimurung, lalu baru deh berkunjung ke Makassar.

Waktu terbaik mengunjungi Rammang-Rammang adalah saat musim kemarau. Hindari berkunjung saat musim hujan karena suasananya tidak kondusif, becek, dan kemungkinan akan failed. Oh iya, jangan datang saat siang hari yah, cuacanya terik sekali. Datanglah pagi atau sore hari saat matahari masih dapat berkompromi. 
Rammang-Rammang
Pengalaman menyusuri Sungai Puthe
Terdapat beberapa homestay atau rumah warga yang bisa kamu tempati jika kamu ingin bermalam disini. Memang tidak mewah tapi aku yakin kehangatan yang disuguhkan warga dapat jadi pengalaman tersendiri untukmu. Kalau kamu beruntung, malamnya kamu bisa melihat kunang-kunang lalu lalang disekitar kawasan Rammang-Rammang. Wah, seru banget yah rasanya! 

Take me back, please!



Article "Keindahan Bukit Karts Rammang-Rammang di Sulawesi Selatan" protected

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama