Di sela-sela aktivitas yang gabut tapi sibuk, one day trip adalah salah satu solusi untuk mengatasinya. Kali ini gue dan beberapa rekan mengikuti one day trip ke area Bandung, diantaranya Tebing Keraton, Goa Tahura, dan Bukit Moko. Trip kali ini gue pergi bersama Icut (teman SMA) dan teman-temannya Icut. Selain bisa refreshing dan berkunjung ke tempat baru, gue juga bisa kenalan dengan orang-orang baru di sini. Rombongan yang kenal dekat pada trip kali ini ada Arini, Sekar, Empi, Nita, dan Lisa. Nice to meet them yang ternyata worker yang hobi traveling juga. Honestly gue masih cupu banget kalau bicara tentang trip-trip ini hehe because I didn't have so much time, gak tahu kenapa tapi rasanya selalu kurang waktu senggang huft. Okey, let's see the journey of destination:
1. Tebing Keraton
Tebing Keraton ini terletak di jalan Ir. Djuanda, Bandung. Wisata ini berada di area wisata Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda. Biaya masuk ke dalamnya seharga Rp 11.000,- per orang. Untuk mencapai Tebing Keraton, jalan yang dilalui menanjak, sempit, dan berbatu sehingga agak sulit dilalui oleh mobil pribadi, elf, dan bus. Bahkan jika musim hujan, motor pun bisa slip atau jatuh karena jalanan yang licin.
Alternatif lain buat yang berjiwa petualang dan gak punya malu haha, naiklah pick-up yang disetir oleh warga sekitar. Sensasinya heboh banget, seru haha. Untuk pick-up bisa dinaiki di depan Indomaret sebelum memasuki kawasan wisata Taman Hutan Raya, dengan harga Rp 30.000,- per orang untuk pulang pergi, sedangkan ojek Rp 15.000,- sekali jalan. So, kami lebih memilih bernorak-ria dengan pick-up, selain murah, seru banget serasa naik kora-kora sambil menikmati angin semliwir loh. Sesampainya di gerbang Tebing Keraton, kami harus berjalan mendaki kurang lebih 300m menuju tebing. Untung jalan menuju tebing sudah bagus dan tidak licin. So amazing sesampainya di spot paling tinggi di Tebing Keraton, how great our God, bisa menciptakan alam yang begitu indahnya.
|
Ekspresinya mantap banget haha berasa amazing banget :D |
|
(ki-ka: Arini, Dee, Nita, Icut, Lisa, Sekar) |
|
Spot favorit di Tebing Keraton |
So far sih pemandangannya bagus banget dan lingkungannya bersih. Berkali-kali di beberapa sudut jalan dipasang himbauan agar tidak membuang sampah sembarangan dan tidak merokok atau minum-minuman keras di area wisata. Senang sih, semakin ke sini, masyarakat semakin sayang dan perhatian sama lingkungan sekitarnya.
2. Goa Tahura
Dalam Taman Hutan Raya ini terdapat banyak lokasi wisata yang bisa dikunjungi. Sekali masuk, wisatawan domestik dikenai harga tiket Rp 7.500,- per orang. Bonusnya wisata di sini, selain bisa menikmati pemandangan alam yang segar dan hijau, kita juga bisa mengetahui cerita sejarah pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang dahulu kala. Di sini ada dua goa yang digunakan untuk tempat persembunyian penjajah, ada Goa Jepang dan Goa Belanda. Di dalam goa sangat gelap sekali, tidak ada penerangan, namun ada bekas pemasangan lampu yang terlihat sudah rusak. Untuk jaga-jaga, baiknya kita membawa senter dari rumah sebelum wisata ke goa ini, atau untuk alternatif bisa menyewa senter seharga Rp 5.000,- per buah. Untuk penjelasan sejarah dari goa tersebut, bisa menggunakan jasa tour guide dengan membayar seharga Rp 25.000,- per guide.
Karena keterbatasan waktu, kami hanya mengunjungi Goa Jepang saja karena letak Goa Belanda yang cukup jauh harus ditempuh dengan berjalan kaki (dan kami sudah tidak sanggup lagi haha). Berdasarkan keterangan guide yang kami sewa, Goa Jepang ini panjangnya 2500m dan membentuk huruf E. Goa ini digunakan sebagai tempat istirahat dan persembunyian kompeni Jepang zaman dahulu. Menurut guide kami, goa tersebut dibuat dengan cara memahat bukit tersebut dengan tangan mereka sendiri. Gak kebayang gue gimana cara mahat bukit sepanjang 2500 m. Kalau Goa Belanda katanya lebih panjang dan lebih rumit dalamnya. Bahkan di Goa Belanda ini pernah dijadikan tempat Uji Nyali oleh salah satu stasiun TV, waw.
|
Pepohonan tumbuh rindang di Taman Hutan Raya |
|
Goa Jepang |
|
Pepohonan di Tahura |
Selain Goa Jepang dan Goa Belanda, di Tahura ini juga terdapat tempat Penangkaran Rusa dan Curug Omas Maribaya. Konservasi alam seperti Tahura ini sangat penting untuk di jaga karena di sini hidup berbagai habitat dari mulai tumbuhan sampai ke hewan. Monyet-monyet liar masih banyak ditemukan bergelantungan di antara dahan pepohonan, suara jangkrik atau sejenisnya juga acap kali terdengar. Luar biasa Tuhan menciptakan alam ini untuk dinikmati keindahannya oleh manusia.
3. Bukit Moko dan Puncak Bintang
Tujuan terakhir adalah Bukit Moko dan Puncak Bintang yang berlokasi di Cimenyan, Bandung. Bukit Moko terletak pada ketinggian sekitar 1500 meter dari permukaan laut. Dari atas Bukit Moko kita bisa melihat pemandangan 180 derajat kota Bandung. Oleh sebab itu, warga Bandung menyebut Bukit Moko sebagai puncak tertinggi Kota Bandung. Selain itu, kita juga bisa menikmati pemandangan hutan pinus sambil berjalan menuju Puncak Bintang atau bisa dibilang puncak tertinggi Moko. Menurut cerita sih, kita bisa melihat sunrise dan sunshine dari Bukit Moko, tapi sayang saat itu cuaca sedang mendung sehingga matahari tidak terlihat saat akan meninggalkan tahtanya. Tapi kami tidak kecewa ketika akhirnya kami memutuskan untuk mendaki Puncak Bintang yang katanya adalah puncak tertinggi Bandung. Namun sayang, perjalanan menuju Bukit Moko dan Puncak Bintang sangat sempit dan jalannya kecil serta berbatu. Saran gue sih ke sana mending menggunakan mobil mini bus sejenis Avanza dan jangan menggunakan sedan atau mobil besar, karena cukup sulit medan perjalanannya. Untuk tiket masuknya sendiri sebesar Rp 8.000,- untuk mendaki Puncak Bintang yang dikelilingi oleh Hutan Pinus. Sedangkan untk mencapai Bukit Moko, tidak digunakan biaya kecuali biaya parkir kendaraan.
|
View pemandangan Kota Bandung 180 derajat dari Bukit Moko |
|
Selfie sembari menunggu sunset yang tak datang |
|
Selfie di perjalanan menuju Puncak Bintang |
|
Bintang besar sebagai lambang Puncak Bintang |
|
Puncak Bintang |
|
Puncak Bintang |
Perjalanan diakhiri dengan pemandangan malam Kota Bandung dari Puncak Bintang Bukit Moko yang di guyur hujan rintik-rintik. Puas banget di trip kali ini, bisa menikmati indahnya alam ciptaan Tuhan yang kembali menyadarkan gue, betapa kecilnya manusia dibandingkan dengan kuasa Tuhan. Tapi seringkali secara tidak sadar kita menyombongkan diri dan merasa paling besar. Tetiba jadi ingat lagu sekolah minggu dulu yang judulnya "Surya Bersinar" dan "Biarpun Gunung-Gunung Beranjak". Luar biasa.
Anyway, ini pertama kalinya gue ikut trip bareng-bareng teman baru. Biasanya trip sama teman-teman sendiri dan semuanya di atur sendiri. Ternyata enak juga ikut trip instan gini, selain menghemat tenaga untuk ngumpulin orang-orang yang kesibukannya beda-beda, bisa kenalan sama teman baru juga (bahkan Sekar sama Empi jadian gara-gara ikut trip gini loh hihi), dan gak usah repot-repot nyiapin segala denah, makan, tiket, dll tinggal terima beres aja hehe. Tapi yah mungkin harganya lebih mahal dibandingkan dengan trip yang direncanakan sendiri. Next trip, tunggu ceritanya yah :)
Penikmat hobi baru,
Dewi Lestari Natalia.
Article
"Trip to Tebing Keraton, Goa Tahura, dan Bukit Moko" protected