"Let your conversation be always full of grace, seasoned with salt, so that you may know how to answer everyone."
(Kolose 4:6)
Lately, gue merasa semakin sering mendengar perkataan yang sia-sia diucapkan oleh orang-orang sekitar gue. Bukan cuma sama orang-orang sekitar, bahkan media telekomunikasi seperti televisi juga sering kali mengumbar dan berkomentar dengan perkataan yang menurut gue gak perlu untuk diucapkan. Jangan salah, perkataan yang sia-sia bukan sekedar perkataan jorok dari kebun binatang, perkataan yang menyindir dan menyakitkan hati orang lain itupun termasuk perkataan sia-sia.
Sebenarnya semua kata-kata itu baik adanya jika digunakan dalam arti yang sebenarnya. Tapi jika kata-kata tersebut dikatakan tidak dalam arti yang sebenarnya, watch out, bisa jadi kata-kata yang sia-sia. Let me tell you, misalkan kata 'Anjing', anjing adalah hewan ciptaan Tuhan. Jika kita berkata "Wah, kamu pelihara anjing yah?" that's good karena anjing dikatakan dalam arti yang sebenarnya. Tapi kalau "Woy, gak gitu kali, Njing haha", gimana tuh? Bercanda sih memang, dan mungkin juga orang yang kita panggil 'Njing' itu gak akan marah karena dia adalah teman dekat kita. Namun, pemakaian kata-katanya salah, jelaslah temannya itu manusia dan bukan anjing, mau emang disamaain sama anjing? Kata anjing itu dipakai dalam arti yang tidak tepat, maka perkataan itu akan menjadi sia-sia untuk diucapkan karena tidak membangun sama sekali.
Belum lagi sindiran-sindiran yang sering dicelotehkan dan ditujukan untuk orang lain yang tidak kita sukai. Seperti maraknya siaran debat di televisi yang saling menyindir satu sama lain. Bukannya memperbaiki kondisi tapi pasti malah mengacaukan dan membangkitkan amarah salah satu pihak. Gosip, ini adalah salah satu contoh perkataan sia-sia yang paling sering diucapkan atau didiskusikan oleh kaum hawa. Kata siapa gosip itu tidak menarik? Ngegosipin orang justru adalah hal yang paling menyenangkan bukan? Tapi adakah kasih yang tersirat atau tersurat dalam gosip itu?
Kolose 4:6 ini mengingatkan gue kembali bahwa dalam berkata-kata haruslah penuh dengan kasih, jangan hambar (NIV verse told: harus dibumbui garam agar tidak hambar). Kitab Kolose ditulis oleh Paulus untuk jemaat Kolose. Tujuan ditulisnya adalah untuk memberantas ajaran palsu di Kolose dan menekankan sifat sebenarnya dari hidup baru bersama Kristus. Dalam bahasa yang ditulis Paulus, banyak dituliskan nasihat-nasihat praktis untuk menghimbau jemaat agar memiliki hidup berdasarkan pada Kristus. Untuk lebih lengkapnya dapat dibaca di sini tentang sejarah Kitab Kolose.
Ayat ini adalah sebuah perintah (Hendaklah!) kepada kita untuk berkata-kata penuh kasih. Artinya, kata-kata tersebut haruslah menyenangkan. Tutur kata seorang percaya seharusnya menyenangkan, menarik, baik hati, dan sangat ramah. Perkataan itu harus merupakan hasil dari pekerjaan kasih karunia Allah di dalam hati kita dan kita mengucapkan kebenaran dengan kasih, seperti juga dalam Efesus 4:15 tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Berkata juga janganlah mengeluarkan kata-kata kotor yang tidak membangun, Efesus 4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
"Jangan hambar" menurut gue ini lebih ke sia-sia, does not give any impact. Tau kan rasa sayur tanpa garam? NIV menuliskannya 'seasoned with salt', memang yah anak-anak Tuhan tidak jauh dari garam dan terang. Markus 9:50 Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Dengan demikian kita akan tahu bagaimana memberi jawab atau berbicara kepada setiap orang lain. Tentunya dengan jawaban yang tidak menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain. Perkataan yang membangun dan penuh hikmat. Sehingga setiap orang yang mendengar dapat terberkati dengan perkataan yang kita ucapkan. Iblis mempunyai banyak akal untuk membuat kita tidak berhikmat dalam berkata-kata. Salah satunya menurut gue adalah melalui amarah dan emosi. Amarah dapat membuat kita tidak jernih berpikir dan akhirnya mengeluarkan kata-kata yang tidak berhikmat. Mintalah kepada Tuhan agar diberikan hikmat dalam berkata-kata, sehingga perkataan yang kita keluarkan membawa sukacita bagi yang mendengarkan.
So, mulai dari sekarang mari kita beraplikasi untuk berhikmat dalam berbicara dan menjaga setiap perkataan yang keluar dari mulut kita. Karena jika kata-kata yang keluar itu tidak tepat, maka tersakitilah hati orang yang mendengarkannya. Tuhan memberkati :)
Xoxo,
Dewi Lestari Natalia.
Article "Bijaksana dalam Berbicara" protected