Terbang di atas ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut? Luar biasa!!! Pengen lagi dan lagi, beneran deh!!! Trip kali ini mencoba untuk sedikit menguji nyali dan menantang, yaitu Paralayang atau Paragliding di Puncak bersama dengan tujuh orang cewek-cewek tangguh yaitu ebi, icut, zahara, esra, icha, oliv, dan bea. Perjalanan dilakukan hari Sabtu tanggal 2 Mei 2015 diawali dengan berkumpul di Stasiun Bogor pukul 07.00 WIB.
How to go there?
Kami menyewa salah satu angkutan umum Kota Bogor untuk mengantarkan kami sampai ke tujuan, yaitu Bukit Paralayang. Jadi, karena bertepatan dengan long weekend, kawasan Puncak mengalami kemacetan lalu lintas yang sangat parah. Oleh karena hal itu tarif sewa angkot di Bogor mengalami kenaikan drastis. Pada hari normal, satu angkot jurusan Bogor sampai Puncak dapat di sewa seharga Rp 200.000,- sampai Rp 250.000,- (pulang-pergi) namun berhubung sedang high-season holiday harga sewa angkot dipatok menjadi dua kali lipat sekitar Rp 400.000,- sampai Rp 500.000,-. Sudah mahal, macet pula ckck, perjalanan dari Bogor menuju Puncak yang normal ditempuh hanya 1 jam saja bisa menjadi 4 jam. Lokasi Bukit Paralayang ini terletak di Kawasan agrowisata (Naringgul) Gunung Mas atau lebih dikenal dengan Bukit Gantolle. Sekitar 300 meter dari Masjid At-Ta’awun lalu tinggal belokkan setir dan pasang mata ke kanan jalan (arah Jakarta).
How much we must pay?
Tiket masuk perorangan ke kawasan tersebut sebesar Rp 13.000,- (sudah termasuk asuransi), mobil Rp 5.000,- dan motor Rp 2.000,-. Kawasan tersebut ditutup pada jam 17.00 WIB. So, sebaiknya datanglah ke sana sebelum sore hari. Rombongan kami tiba di lokasi sekitar pukul 15.00 WIB dan Puji Tuhan, cuaca cerah (tidak panas), angin stabil, tidak ngantri, dan bisa langsung terbang menghilangkan kepenatan selama di perjalanan. Sekali terbang dikenakan biaya Rp 350.000,- (include sertifikat dan asuransi) untuk orang lokal dan Rp 400.000,- untuk WNA.
Pendaftaran dilakukan jauh-jauh hari sebelum hari H, dengan menghubungi kontak dari pihak Bukit Paralayang. Pendaftaran on the spot sebenarnya bisa dilakukan, namun prioritasnya tetap untuk pendaftar yang sudah booking dan DP jauh-jauh hari. DP di transfer ke rekening Pak Nixon dengan nominal Rp 50.000,- per orang. Sedangkan sisanya bisa dibayarkan langsung di bagian pendaftaran. Karena sudah mendaftar jauh-jauh hari, sesampai di sana kami langsung melakukan pelunasan, pendataan nama urutan terbang dan langsung diarahkan untuk terbang.
How to go there?
Kami menyewa salah satu angkutan umum Kota Bogor untuk mengantarkan kami sampai ke tujuan, yaitu Bukit Paralayang. Jadi, karena bertepatan dengan long weekend, kawasan Puncak mengalami kemacetan lalu lintas yang sangat parah. Oleh karena hal itu tarif sewa angkot di Bogor mengalami kenaikan drastis. Pada hari normal, satu angkot jurusan Bogor sampai Puncak dapat di sewa seharga Rp 200.000,- sampai Rp 250.000,- (pulang-pergi) namun berhubung sedang high-season holiday harga sewa angkot dipatok menjadi dua kali lipat sekitar Rp 400.000,- sampai Rp 500.000,-. Sudah mahal, macet pula ckck, perjalanan dari Bogor menuju Puncak yang normal ditempuh hanya 1 jam saja bisa menjadi 4 jam. Lokasi Bukit Paralayang ini terletak di Kawasan agrowisata (Naringgul) Gunung Mas atau lebih dikenal dengan Bukit Gantolle. Sekitar 300 meter dari Masjid At-Ta’awun lalu tinggal belokkan setir dan pasang mata ke kanan jalan (arah Jakarta).
How much we must pay?
Tiket masuk perorangan ke kawasan tersebut sebesar Rp 13.000,- (sudah termasuk asuransi), mobil Rp 5.000,- dan motor Rp 2.000,-. Kawasan tersebut ditutup pada jam 17.00 WIB. So, sebaiknya datanglah ke sana sebelum sore hari. Rombongan kami tiba di lokasi sekitar pukul 15.00 WIB dan Puji Tuhan, cuaca cerah (tidak panas), angin stabil, tidak ngantri, dan bisa langsung terbang menghilangkan kepenatan selama di perjalanan. Sekali terbang dikenakan biaya Rp 350.000,- (include sertifikat dan asuransi) untuk orang lokal dan Rp 400.000,- untuk WNA.
Pendaftaran dilakukan jauh-jauh hari sebelum hari H, dengan menghubungi kontak dari pihak Bukit Paralayang. Pendaftaran on the spot sebenarnya bisa dilakukan, namun prioritasnya tetap untuk pendaftar yang sudah booking dan DP jauh-jauh hari. DP di transfer ke rekening Pak Nixon dengan nominal Rp 50.000,- per orang. Sedangkan sisanya bisa dibayarkan langsung di bagian pendaftaran. Karena sudah mendaftar jauh-jauh hari, sesampai di sana kami langsung melakukan pelunasan, pendataan nama urutan terbang dan langsung diarahkan untuk terbang.
What we do in Bukit Paralayang?
Tidak banyak breifing yang disampaikan oleh instruktur, hanya arahan untuk berlari dan rileks diawal-awal terbang. Sebelum terbang, badan kita dipasangkan alat pengaman dan ransel besar yang bisa juga digunakan untuk menyimpan tas kita. Semua alat pengaman dipastikan oke dan nyaman dipakai, selain itu jangan khawatir karena ada instruktur bersertifikat yang akan mendampingi kita terbang di udara selama 5-10 menit. Saran gue sih, sepersuasif mungkin kita harus melakukan pendekatan kepada instruktur pendamping biar kita di bawa terbangnya lama. Selain itu kalau kamu berani, request aja manufer-manufer atau gaya-gaya terbang yang di luar dari kebiasaan, pasti bakal jadi lebih seru hehe.
Di udara, something you must to do is taking picture. It's safe kok bawa kamera atau tongsis atau handycam di udara asal dipegang dengan erat. Selfie juga bisa loh hihi. Benar-benar amaze banget sama pemandangan di udara, keren banget, sumpah! Jarang-jarang menikmati pemandangan seperti ini dan bisa merasakan rasanya terbang melayang bak burung-burung di udara. Pretty cool! I feel like I'm literally on the top of the world, yiipiieee!!! Angkat kaki tinggi-tinggi, begitulah cara landing yang dianjurkan oleh instruktur, gak berasa tiba-tiba sudah duduk diatas tanah. Tidak ada perasaan takut atau deg-deg-an sama sekali, adanya malah ketagihan dan ingin terbang terus-menerus hehe.
Setelah landing, di lapangan landing akan ada jasa foto dari para crew, dimana satu foto dikenakan biaya Rp 30.000,- per foto dengan ukuran 8R atau Rp 5.000,- per foto untuk soft copy saja (jadi kalau mau soft copy, bring your own disk). Oh ya, untuk sertifikat terbang bisa diambil setelah terbang di meja pendaftaran atau bisa request ke pihak yang bersangkutan untuk dikirimkan via JNE.
Here're some tips:
- Kita gak tahu kondisi angin di atas bagaimana, jadi better kalau kita stand by dari pagi hari sembari menunggu kondisi angin yang memungkinkan untuk terbang. Karena kalau datang terlalu sore, bisa jadi penerbangannya sudah tutup.
- Pakailah baju dan celana panjang yang sekiranya nyaman digunakan (short pants is able, tapi kondisi di atas cukup dingin jadi emang better pakai celana panjang). Don't use skirt or baju ketekan haha. Dan kalau perlu ya pakai jaket, kalau emang kamu gak kuat angin.
- BRING YOUR CAMERA! It's a must! Don't be affraid, it's safe! Sebenarnya ada juga jasa penyewaan Go Pro Camera dengan biaya sewa Rp 150.000,- jika kamu berminat.
- Use sunblock untuk mukamu, menghindari terik matahari kalau kamu kebagian terbang pada siang hari.
- Bring some snacks or foods and drinks. Trust me bakalan susah buat cari makan, apalagi makanan berat.
- Berat badan minimal 45 kg dan maksimal 90 kg. So, watch out your weight!
- Pakai sepatu sport atau sepatu yang tidak mudah lepas dari kakimu. Jangan pakai sendal yah, riskan banget jatuh soalnya.
Paralayang atau paragliding ini bisa jadi alternatif liburan kamu, if you bored with the mall or city hurly-burly. Selain tempatnya yang dekat dengan ibu kota, keseruan terbang di atas awan bisa membantumu menjernihkan kembali pikiran yang suntuk sebelumnya. So, happy paragliding! You won't regret it :)
On the top of the world |
Safety first |
After paragliding landing |
With paragliding team of trip (Ki-Ka: Dee, Bea, Icut, Icha, Oliv, Esra, Zahara, dan Ebi) |
I believe I can fly,
Dewi Lestari Natalia.
Article "Paralayang di Bukit Paralayang Puncak" protected