Sepenggal Suka di tengah Duka

Tahun lalu adalah tahun yang dimimpikan untuk lekas berlalu.
Bagaikan mimpi buruk, begitu banyak air mata yang jatuh terpuruk.
Seluruh harapan diporakporandakan oleh sebuah virus yang mematikan.
Perubahan besar terjadi dan dunia dipaksa beradaptasi lagi.

Ruang dan waktu membatasi raga manusia untuk bersilahturahmi.
Rumah menjadi satu-satunya tempat untuk beristirahat.
Kantor, sekolah, taman, mal, dan seluruh kerumunan bukan lagi jadi teman.
Tidak ada yang tahu kapan semua ini berlalu.

Banyak yang sakit karena virus yang menghimpit.
Kehilangan mata pencarian padahal perut butuh makan.
Berpisah selamanya dengan orang terkasih tanpa bisa mendampingi.
Sepi pembeli hingga pedagang harus merugi.

Kebiasaan baru perlahan dipaksa untuk menciptakan kreasi baru.
Demi kewarasan diri dan menjaga ketenangan hati.
Berjuang menjaga tubuh dan jiwa agar tetap utuh.
Perkara selalu datang mengusik hidup saat ingin senang.

Tapi lihat, rumah dan keluarga sekarang jadi berharga.
Ketenangan menjadi kawan saat berkumpul mulai dilarang.
Hey diriku, terima kasih sudah kuat ditengah hingar bingar yang mencuat.
Walau heran akan rencana Pencipta yang tak terukur, harus selalu ingat untuk bersyukur.





Bukan penyair,



Article "Sepenggal Suka di tengah Duka" protected

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama