Pengalaman jalan-jalan dari Bangkok (Thailand) ke Vientiane (Laos) kali ini melewati jalur darat menggunakan bis. Perjalanan dilakukan pulang pergi, tepatnya bermalam di bis. Tidak sampai 24 jam aku menjelajahi Vientiane. Kesan pertama mendengar Vientiane, seperti tidak ada yang menarik. Apakah kamu memikirkan hal serupa? Hmm, ternyata keliling Vientiane seharian merupakan hal yang sangat mengesankan.
Perjalanan Bangkok ke Vientiane
Sebenarnya banyak cara yang dapat ditempuh dari Bangkok menuju Vientiane. Selain menggunakan biss jurusan Bangkok-Viantiane, kamu juga bisa naik bis jurusan Bangkok-Nong Khai atau Bangkok-Udon Tani. Kamu juga bisa naik kereta atau kalau kamu punya budget lebih langsung saja naik pesawat.
BACA JUGA:
Itinerary Keliling Vientiane dalam Satu Hari tanpa Tour Guide
Berhubung budget terbatas, aku memilih naik jurusan Bangkok-Nong Khai. Perjalanan dimulai pukul 9 malam dari Stasiun Mo Chit, Bangkok, Thailand. Ini adalah kali pertama aku bersama dengan 4 orang lainnya traveling melewati perbatasan negara melalui jalur darat menggunakan bis malam.
Sebelumnya, aku telah membeli tiket bis pergi Bangkok-Nong Khai secara online. Dari awal memang berniat hanya satu hari menjelajahi negara komunis tersebut. Jadi diputuskan untuk berangkat malam dari Bangkok dan kembali sore keesokan harinya. Jujur, jompo sekali rasanya :")
Keadaan bis pergi sangat nyaman dengan fasilitas lcd kecil, wifi, selimut, snack, dan air mineral. Kursi bis bisa diatur sedemikian hingga, jadi membuat tidurmu lebih nyaman. Harga tiket bis sekitar 300 ribu rupiah. Mahal? Iya, karena aku kehabisan tiket kelas ekonomi. Padahal sebenarnya semua kursi dan fasilitas terlihat sama saja.
Perjalanan dari Bangkok menuju Vientiane memakan waktu sekitar 8-10 jam. Dari Bangkok, bis melaju melewati jalur Northeast Thailand menuju Nong Khai, sebuah kota kecil yang berbatasan langsung dengan Sungai Mekong.
Jalur darat ini merupakan jalur yang biasa dilewati oleh masyarakat yang rutin melakukan kegiatan baik wisata atau pun bisnis. Terdapat kantor imigrasi Thailand di Nong Khai yang berbatasan langsung dengan Laos, hanya dipisahkan dengan Friendship Bridge yang dibangun sebagai penghubung kedua negara tersebut.
Setibanya di Terminal Bis Nong Khai, banyak sekali supir tuk-tuk yang menawarkan jasa perjalanan menuju kantor imigrasi Nong Khai. Harga yang ditawarkan cukup fantastis, mungkin karena turis asing kali ya. Setelah melakukan tawar menawar dengan pakai urat, akhirnya kami dikenakan biaya sebesar 100 bath untuk 5 orang, lumayan hehe.
Imigrasi dan Bea Cukai Thailand-Laos
Gerbang utama kantor perbatasan Nong Khai |
Sampai di kantor imigrasi sekitar pukul 6 pagi, aku menyempatkan diri untuk bersih-bersih diri sejenak, sekedar gosok gigi dan mencuci muka seadanya, maklum semalam hanya tidur di bis. Fasilitas kamar mandi di kantor imigrasi Ngong Khai cukup baik, sehingga memungkinkan untuk mandi dan bersih-bersih.
Setelah itu aku mulai antri untuk pemeriksaan imigrasi. Siapkan paspor dan isi kartu keberangkatan yang disediakan di sana. Kantor imigrasi ini cukup bagus dari sisi bangunannya dan sangat teratur. Saat itu banyak sekali warga yang mengantri masuk untuk immigration check.
Sepenglihatanku, kebanyakan warga yang saat itu ikut antri di imigrasi bergaya santai, seperti yang sudah terbiasa bolak balik Thailand-Laos. Ada juga beberapa orang turis dengan grup-grup kecil. Beberapa orang anak sekolah juga terlihat mengantri. Cukup padat namun pelayanannya cepat.
Tidak banyak yang ditanyakan petugas imigrasi saat memeriksa pasporku. Hanya bertanya, berapa lama tinggal di Laos, tujuannya apa, dan kapan kembali. Oh iya, turis Indonesia tidak memerlukan visa saat mengunjungi negara ASEAN selama masih dalam jangka waktu 30 hari kunjungan. Sementara itu, tidak ada pemeriksaan bea cukai, karena memang aku tidak membawa barang apapun hanya ransel saja.
Selesai pemeriksaan imigrasi, kamu harus menyeberang Friendship Bridge, yaitu jembatan penghubung Thailand dan Laos yang melintasi Sungai Mekong. Kamu bisa menaiki shuttle bus yang melintas setiap 15 menit sekali dengan tarif 20 bath per orang, atau menggunakan mini van dengan harga yang lebih mahal. Jalan kaki juga bisa hehe jaraknya berkisar 2 km.
Imigrasi dan Bea Cukai Laos-Thailand
Tiba di imigrasi Laos sekitar pukul 7 pagi, tadinya aku mau langsung menukar uang Lao Kip di money changer. Pikiranku, namanya imigrasi pasti ada dong money changer. Eh ternyata, semua money changer tutup dan baru buka kembali pukul 9 atau 10 pagi. Oh, barbara tidak punya banyak waktu untuk menunggu!
Sebenarnya bisa juga menggunakan bath di Laos, tetapi cukup repot karena harus konversi ke kip terlebih dahulu. Akhirnya aku memutuskan untuk menarik uang dari ATM, untung saja bisa.
Lucunya, saat itu bukan hanya money changer dan toko-toko saja yang tutup, namun layanan imigrasi dan bea cukai pun tutup. Baru kali ini, aku menemui layanan perbatasan yang tidak 24 jam. Sebagai informasi, layanan normal dimulai dari pukul 08.00-16.00.
Layanan imigrasi dan bea cukai sebenarnya sudah mulai buka sejak pukul 7 pagi, namun karena buka diluar jam layanan normal, maka setiap pengunjung diwajibkan membayar extra time fee sebesar 10.000 Kip. Jadi, semacam kita bayarin uang lembur mereka, karena mereka harus bekerja diluar jam kerja normal.
Ada aja yaaaaaa haha. Untung saja di Indonesia tidak sampai seperti itu, disatu sisi bersyukur layanan imigrasi dan bea cukai di Indonesia sangat maksimal hingga 24 jam tanpa ada embel-embel biaya tambahan.
Pemeriksaan imigrasi dan bea cukai berlangsung seperti biasa dengan pertanyaan yang sama. Siapkan paspor dan jawaban-jawaban pertanyaan yang meyakinkan. Usahakan tetap tenang dan jangan gugup saat menjawab pertanyaan. Sekali lagi, untuk turis Indonesia yang mengunjungi Laos atau negara ASEAN lainnya, tidak diperlukan visa ya.
Perjalanan Vientiane ke Bangkok
Setelah seharian puas keliling Vientiane, mengunjungi Buddha Park, Vientiane Center Lao Mall, Patuxay, dan Pha Tat Luang, sore hari aku berniat kembali menuju Bangkok dengan menggunakan bis. Perjalanan pulang kali ini, aku membeli tiket bis jurusan Vientiane-Bangkok, berbeda dengan saat pergi, harganya pun lebih mahal, sekitar 400ribuan.
Terjadi sekiti drama saat perjalanan pulang. Traveling tuh gak akan sempurna tanpa bumbu-bumbu drama deh kayaknya. Jadi, aku membeli tiket bis Vientiane-Bangkok dari travel agent secara online. Travel agent ini menyediakan jasa jemput di beberapa titik penjemputan di Vientiane.
Saat itu, sesuai dengan jadwal tiket yang sudah aku beli sebelumnya, aku sudah siap menunggu di salah satu hotel di Vientinae yang menjadi titik penjemputan travel. Selain rombonganku, ada juga beberapa rombongan turis yang menunggu penjemputan dengan travel yang sama. Namun, pihak hotel mengatakan bahwa terjadi keterlambatan penjemputan, aku pun akhirnya harus menunggu hampir 2 jam di hotel itu.
Tapi untungnya pihak hotel memperbolehkan aku untuk menggunakan fasilitas toilet dan kamar mandi untuk bersih-bersih, maklum udah dua hari gak mandi hehe. Akhirnya tiba saatnya kami dijemput oleh pihak travel menuju Talat Sao atau terminal bis. Yang bikin syok adalah, kami dijemput dengan menggunakan tuk-tuk haha padahal udah berharap naik mobil ber-AC, karena cuaca Vientiane sangat gerah dan panas.
Belum selesai drama penjemputan, ternyata sesampainya di tempat pemberhentian agen bis, aku dikagetkan dengan bentuk bis yang sangat diluar dugaan haha. Jauh lebih bagus bis pergi dibandingkan dengan bis pulang. Padahal dari segi harga, harga bis pulang lebih mahal dengan fasilitas yang sama dengan bis pergi. Memang sih, bis pergi dan bis pulang ini beda operator. Dan lagi-lagi harus drama menunggu bis kurang lebih 1 jam sebelum keberangkatan. Huft.
Sekitar pukul 6 sore, akhirnya perjalanan Vientiane-Bangkok dimulai. Berbeda dengan perjalanan pergi, karena bis kali ini jurusan Vientiane-Bangkok, jadi saat tiba di imigrasi, aku tidak perlu berganti bis. Hanya perlu turun untuk pengecekan imigrasi dan bea cukai, lalu setelah pemeriksaan selesai, kembali lagi naik bis yang sama.
Imigrasi dan Bea Cukai Laos-Thailand
Jadi, pertama turun untuk pemeriksaan imigrasi dan bea cukai di Laos, kemudian setelah selesai aku kembali naik ke bis. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan melewati friendship bridge menuju perbatasan Laos-Thailand. Aku turun kembali dari bis untuk pemeriksaan imigrasi dan bea cukai Thailand. Setelah selesai, naik lagi ke bis dan melanjutkan perjalanan sampai Bangkok.
Proses pemeriksaan imigrasi dan bea cukai sama seperti saat pergi. Lagi-lagi karena waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku harus membayar extra time fee untuk layanan pemeriksaan di Laos. Namun, untuk layanan imigrasi dan bea cukai Thailand, tidak dikenakan biaya apapun.
Oh iya, hati-hati dengan barang bawaan dan jaga paspor kamu jangan sampai hilang atau tertinggal. Karena proses pemeriksaan cukup panjang dan mengharuskan untuk berkali-kali naik turun bis. Bisa saja barang tertinggal atau hilang.
Selama proses cek imigrasi, supir bis selalu menghimbau untuk bergerak cepat dan jangan terpisah dari rombongan. Selalu ingat nomor bis yang kamu tumpangi, jangan sampai kamu salah naik bis yah, karena banyak juga bis lain yang melewati perbatasan.
***
Traveling seharian keliling Vientiane, bisa dicoba untuk kamu yang hanya mempunyai sedikit waktu untuk berlibur. Sebenarnya masih banyak lagi yang bisa kamu explore di Laos, seperti Kuang Si Waterfall yang sangat terkenal dan menjadi landmark pariwisata andalan Laos. Sayangnya belum sempat explore sudut lain dari Laos, maybe next time yuk yang mau ajak aku keliling Laos!
Kurang lebih begitulah kisah pengalaman perjalanan Bangkok ke Vientiane pulang pergi dengan menggunakan bis melalu jalur perbatasan darat. Apa saja yang aku explore di Vientiane selama seharian? Baca di postinganku selanjutnya yah hihi.
Article "Perjalanan Bangkok ke Vientiane Pulang Pergi Naik Bis" protected